Jumat, 27 Maret 2015

Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)




AGRESI SERBIA TERHADAP BOSNIA-HERZEGOVINA

 

MAKALAH
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Individu
Dalam Mata Kuliah Hukum  dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Disusun Oleh:
ANI NURAENI
NIM: 12340148 / IH-B

Dosen:
ACH. TAHIR, S.HI., LL.M., M.A.

JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kata “ethnos” berasal dari bahasa Yunani yang berarti bangsa ataupun orang. Namun seringkali orang mengartikan kata ethnos sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya serta yang lainnya. Hal tersebut lebih mendominasikan pada kelompok mayoritas serta minoritas. Pada dasarnya yang menganut etnik ialah kelompok yang cukup fanatik terhadap ideologi yang dianutnya dan mereka cenderung tidak mau menerima ideologi lain yang berbeda dengawn ideologinya. Menurut David Brown[1], kata ‘konflik etnis’ seringkali digunakan secara fleksibel. Bahkan, dalam beberapa penggunaannya, kata ini justru digunakan untuk menggambarkan jenis konflik yang sama sekali tidak mempunya basis etnis.
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah suatu nilai universal yang diumpamakan sebagai produk hukum nasional di berbagai negara untuk  melindugi dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.[2] Berkaitan dengan pengertian HAM, begitu banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah nasional, regional bahkan diwilayah internasional. Salah satu kasus yang bertitik pada permasalahan etnis, ialah kasus pembantaian massal di Bosnia. Pada kesempatan kali ini, penulis akan memaparkan perseteruan yang terjadi antara Serbia serta Bosnia. Dimana perang sipil yang terjadi pada tahun 1992-1995 dipimpin oleh Radofan Karadzic. Ialah yang bertekad untuk memusnahkan etnis kepada warga non Serbia. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh impian chauvinisme. Dimana yang menjadi penghalang bagi orang Serbia ialah kaum Muslim Balkan. Hal tersebut mengakibatkan di Srebenica terjadi pembunuhan massal terhadap warga muslim Bosnia. Banyak kaum muslim yang terbunuh oleh tentara Serbia sekitar tahun 1912 serta 1914. Dimana kemarahan warga Serbia memuncak ketika orang yang bernama Tito dari golongan Turki Utsmani (orang Turki) menguasai Balkan. Ketika itu orang Turki mampu mengalahkan orang Serbia dalam perang Kosovo tahun 1389. [3]
Namun pada kenyataanya meskipun Turki Utsmani yang menguasai Balkan saat itu, Turki Utsmani masih mampu memimpin Balkan dengan tentam. Tidak ada perselisihan antar etnis ataupun agama. Pada saat Turki Utsmani berkuasa, agama-agama minoritas seperti Khatolik, Yahudi serta Kristen Ortodok malah semakin memperkokoh persatuan agama serta keberagaman budaya yang dimiliki oleh mereka. Pada saat itu mereka tidak berfikir untuk menyerang akan tetapi berusaha hidup berdampingan ditengah mayoritas kaum Muslim.
Dibalik semua itu ada suatu unsur yang terkandung didalamnya, pembantaian massal yang dilakukan Serbia terhadap Bosnia ilah karena unsur balas dendam. Karena Serbia saat itu telah dikalahkan oleh Turki Utsmani.
Kasus tersebutpun dapat digolongkan kedalam pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat regional. Selain melanggar HAM, kaus tersebutpun dengan jelas sudah termasuk pada tindak pidana Internasional. Karena pada saat awal berkembangnya hukum pidana internasional sudah dikenal tiga jenis tindak pidana, yaitu:
1.    Kejahatan perang (War Crimes)
2.    Kejahatan pembasmian etnis tertentu (Genocide)
3.    Agresi (Agression)[4]
Sempat juga Sekretaris Jenderal PBB yang bernama Cyrus Vance beserta masyarakat Eropa yang diwakili oleh David Owen ikut berperan dalam menengahi kasus tersebut.[5] Mereka menegaskan bahwa Bosnia harus tetap ada namun keberadaanya dapat di bagi menjadi 10 provinsi. Dimana dari pembagian tersebut dapat di golongkan menjadi dua bagian yaitu religius dan letak geografis. Karena yang diperangi oleh Serbia itu bersangkutan dengan ruang lingkup religius masyarakat Bosnia bukan berhubungan dengan daerah tatanan geografisnya.

B.  Rumusan Masalah
Adapan rumusan masalah yang penulis angkat di sini meliputi:
1.    Bagaimana agresi Serbia terhadap kaum muslim di Bosnia?
2.    Apakah usaha – usaha penyelesaian yang telah dilakukan untuk penyelesaian konflik terhadap warga muslim di Bosnia tersebut?
                                                                                                                                                                                                                                
C.  Tujuan
Dengan mendalami kasus pembantaian massal Serbia terhadap warga  Bosnia, tujuan yang ingin penulis paparkan melalui makalah ini yaitu:
1.    Kita dapat memahami bagaimana kasus yang terjadi antara Serbia serta Bosnia.
2.    Kita dapat mengetahui usaha – usaha penyelesaian yang telah dilakukan untuk penyelesaian konflik terhadap warga muslim di Bosnia tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Agresi Serbia terhadap Warga Bosnia
Bosnia Herzegovina merupakan sebuah wilayah perbatasan antara Kebudayaan Barat dan Timur. Bosnia juga merupakan bagian dari negara federal Yugoslavia. Ketika di Bosnia terjadi pemuncakan pemikiran nasionalisme penduduk wilayah disana dapat dibedakan menjadi dua golongan. Dimana orang Bosnia yang menganut Kristen Ortodoks menjadi orang Serbia dan penganut Katolik menjadi orang Kroasia. Sedangkan kaum Muslim  disebut sebagai orang Turki. Hal tersebut yang memicu adanya sebutan sebagai “pengkhianat” yang menjual diri pada penjajah Turki.[6]
Setelah Perang Dunia I usai, Bosnia-Herzegovina. Dimana terjadi pertentangan dua etnis yang paling utama. Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia menginginkan federasi yang longgar. Kaum Muslim Bosnia terperangkap diantara keduanya karena mereka memperebutkan wilayah tersebut. Pertentangan tersebut kemudian memunculkan terjadinya kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai Yugoslavia tahun 1941. Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Tito berusaha untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas.
Tito yang saat itu menjadi seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia-Herzegovina harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut. Selain itu, Tito memutuskan bahwa kaum Muslim Bosnia diperbolehkan menyebut dirinya sebagai orang Muslimani (Muslim) sehingga tidak perlu menyebut dirinya sebagai orang Muslim Serbia atau Muslim Kroasia. Namun setelah Tito meninggal dunia, Konflik agama beserta etnis yang mengahdang Bosnia pun kembali muncul.
Konflik etnis yang terjadi di Bosnia tidak lepas dari segi faktor agama serta faktor politik. Ketika itu Bosnia dapat dimerdekakan pada tanggal 15 Oktober 1991, melalui referendum yang diikuti oleh etnis Bosnia yang mayoritas Muslim, dan Kroasia. Pada saat itu Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan 120 negara lainnya menyetujui keputusan itu, namun penduduk Serbia tetap menentang keputusan tersebut. Konflik etnis tersebutpun akhirnya berujung pada konflik bersenjata internasional. Langkah selanjutnya yang dilakukan Serbia yaitu Serbia membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo, dan kota – kota lainnya. Korban dari agresi yang beragama islam pun berjumlah 200.000 orang serta memerkosa puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil bosnia. Agresi bertujuan untuk memusnahkan etnis Muslim di Bosnia, karena mereka takut Bosnia dapat menjadi satu – satunya negara Islam di daratan Eropa. Faktor lain pun diduga keras karena kekalahan serbia ketika terjdinya Perang Salib.
Awal tahun 1993, perseteruan Serbia dan Bosnia belum reda. Pasukan penjaga perdamaian PBB yang terdiri atas : tentara Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan operasi pemeliharaan perdamaian. Presiden Serbia Dragan Cavic mengakui telah membantai sekitar 8000 muslimin Srebrenica pada bulan juli 1995. kasus  merupakan suatu kejahatan, namun rakyat serbia sebaliknya memujinya kasus tersebut sebagai pahlawan.
Pembantaian bermula pada saat Kaum muslim datang dari Srebrenica, dimana PBB telah mengumumkan bahwa wilayah tersebut adalah wilayah aman. setelah jatuh kepada Serbia Bosnia pada 11 Juli 1995. Awalnya Dewan Keamanan PBB telah berjanji akan mengamankan Srebenica, kemudian mereka mengutus Belanda dan NATO ke Srebenica. Namun bendera NATO digunakan untuk mengelabui kaum muslim. Akibatnya sekitar lima belas ribu laki-laki tidak bersenjata menjadi korbannya, ratusan orang dibunuh oleh pasukan Serbia. Pembantaian Srebrenica merupakan pembantaian yang terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
Perang antara etnis Serbia dengan etnis Kroasia semakin gencar pada awal tahun 1992, hal tersebut diakibatkan karena tidak ada kejelasan mengenai keadaan yang ada di wilayah Bosnia Herzegovina. Dikarenakan pada saat itu terjadi perebutan wilayah Bosnia sejak masa kerajaan Austro – Hongaria (Romawi Barat yang Katolik) melawan pengaruh kerajaan Turki Ottoman (Romawi Timur yang Ortodoks), hal tersebut beralasan wilayah Bosnia berada dipusat Federasi Yugoslavia. Selain letaknya yang sangat strategis, Bosnia pun adalah wilayah perindustrian yang terdapat di Yugoslavia. Konflik yang terjadi semakin hebat setelah terjadi pembunuhan terhadap seorang etnis Serbia yang sedang menikahkan putranya tanggal 30 Maret 1992 di pusat kota Sarajevo. Hal tersebut pun diketahui seorang muslim Bosnia. Apalagi ketika masyarakat Eropa dan Amerika mengakui berdirinya Bosnia – Herzegovina sebagai negara yang berdaulat, hal tersebut semakin memicu memuncaknya konflik tersebut. Dimana saat itu pemimpin Bosnia Herzegovina pun terdorong untuk menyatakan bahwa etnis Serbia merupakan agresor yang membahayakan kelangsungan etnis Bosnia. [7]
Penyelesaian krisis di wilayah Bosnia Herzegovina melalui perundingan yang tidak berhasil menghentikan krisis Bosnia Herzegovina, dan telah mendorong konflik bersenjata di lapangan antara pihak Serbia Bosnia dengan Muslim – Kroat Bosnia semakin meluas demi kepentingan – kepentingan tertentu. Dalam perang saudara, perang antar etnis dan agama yang terjadi di Bosnia Herzegovina banyak diwarnai oleh pertempuran – pertempuran antara pasukan Serbia Bosnia dengan pasukan Muslim – Kroat.
Keadaan politik yang terjadi di Bosnia Herzegovina sangat  memengaruhi perkembangan keadaan militer yang ada di sana. Berbagai usaha yang dilakukan guna menghentikan pertikaian di Bosnia Herzegovina ternyata tidak mampu menghentikan perang antara pasukan Muslim Bosnia serta Kroat Bosnia untuk melawan pasukan Serbia Bosnia.
B.       Beberapa usaha – usaha untuk penyelesaian konflik di Bosnia
Perseturuan hebat antara Serbia dan Bosnia mampu menjadi sorotan publik dunia internasional.Usaha – usaha yang dilakukan antara lain:
1.        PBB menghimbau agar Serbia menarik pasukannya dari Bosnia
2.        Indonesia mengirimkan pasukan Garuda, bantuan makanan dan obat – obatan.
3.        NATO mengirimkan pasukannya, dan memaksa Serbia meninggalkan Bosnia, dan memaksa Serbia melakukan perundingan di Beogard, yang diawasi oleh PBB
4.        Dibentuknya Perjanjian Dayton.
 Pada tanggal 1 November 1995  diadakannya suatu perjanjian untuk menghentikan perang Yugoslavia yang sudah berlangsung selama tiga tahun, terutamanya untuk masa depan Bosnia-Herzegovina. Kemudian perjanjian disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio.Perjanjian tersebutpun dikenal sebagai Perjanjian Dayton yang diawasi oleh NATO, Amerika, dan PBB, antara Serbia, Bosnia, dan Kroasia. Salah satu hasil persetujuan dari Perjanjian Dayton ialah mengenai pembagian politik Bosnia-Herzegovina beserta  struktur pemerintahannya. Hasil perundingan Dayton adalah:
·       Bosnia Herzegovina tetap sebagai tunggal secara internasional
·       Ibukota Sarajevo tetap bersatu di bawah federasi muslim Bosnia
·       Penjahat perang seperti yang telah ditetapkan mahkamah internasional tidak boleh memegang jabatan.
·       Pengungsi berhak kembali ke tempatnya
·       Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian Paris


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembantaian yang dilakukan oleh etnis Serbia terhadap etnis Bosnia yang mayoritas penduduknya adalah warga muslim sangat tidak berperikemanusiaan. Hal ini jelas telah melanggar Undang – undang hak asasi manusia yang selalu saja digembar-gemborkan oleh pihak Barat. Dan ternyata, pihak Barat malah tidak terlalu bersemangat menyelesaikan konflik kemanusiaan ini.
Sementara pemebersihan etnis Bosnia adalah benar-benar murni bukan hanya pembantaian ras tetapi juga pembantaian agama tertentu
Pembantaian Srebrenica merupakan pembantaian yang terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II. Meski kasus ini merupakan kasus pelanggaran berat kejahatan perang internasional, toh ironisnya, banyak orang Serbia menganggap kedua pembantai sebagai pahlawan
Puluhan mayat yang ditemukan dalam usaha pencarian 700 mayat umat Islam yang hilang atas kekejaman Serbia dan dipercayai ditanam hidup-hidup ditemukan di daerah Srebrenica, Bosnia. Beberapa kuburan yang digunakan untuk menggali tulang-tulang dari sebuah kubur seluas gelanggang tenis, dipercayai terdiri dari lebih 7000 mayat lelaki dan anak-anak yang disembelih tentera Serbia di Srebrenica delapan tahun lalu, yaitu kejadian pembunuhan massal terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia Kedua.
Kaum Serbia Bosnia menanam semua korban warga Islam yang dibunuh guna menyembunyikan bukti pembunuhan massal dari pengadilan perang internasional PBB di The Hague, yang sedang menjalankan dakwaan atas mereka yang dituduh melakukan pelanggaran ketika perang Balkan 1990. Menurut beberapa pakar, pekerjaan menggali kubur tersebut mungkin akan memakan waktu hingga dua bulan untuk mengenali pasti korban dengan analisis DNA. Pada Juli 1995, Srebrenica, yang dilindungi oleh pasukan pengaman Belanda yang hanya memiliki senjata biasa, dibunuh oleh tentera Serbia Bosnia yang mengasingkan wanita Islam dari kaum lelaki dan anak-anak. Ribuan dari pada mereka kemudian dibunuh. Kuburan massal tersebut ditemui di kawasan pergunungan berdekatan wilayah perbatasan Serbia.
Melalui kasus tersebut kita dapat menyimpilkan bahwa peran pemerintah serta negara Barat lemah, sehinggaperseteruan yang terjadi tidak mampu, merekapun tidak mampu menjamin keamanan individu atau kelompok orang. Seharusnya peran pemerintah serta negara Barat mampu menanganinya masalah yang terjadi, sebelum masalah tersebut semakin meresahkan warganya.


DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Atmasasmita, Romli, 2006, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Bandung:Refika Aditama.
Sutrisno , Eddy, 2002, Peristiwa yang Membangun Sejarah Dunia, Jakarta : Taramedia dan Restu Agung.
Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep, dan Implikasinya dalam Persepktif Hukum dan Masyarakat, Bandung: Refika Aditama.
Muzaffar, Chandra. 1995. Hak Asasi Manusia dalam Tata Dunia Baru: Menggugat Dominasi Global Barat. Bandung: Mizan.
Tim penyusun, 2003, LKS Sejarah Kelas 3 SMU, Surakarta : Tekad Mandiri.
Tim Penyusun, 2003, Tata Negara untuk Kelas 3 SMU Tengah Tahun Kedua. Solo : Cempaka Putih.

Sumber website:
Bill, Yenne, Konflik Bosnia- Herzegovina, dalam website
(Diakses pada Jum’at, 17 Mei 2013)
Debby Rizqie, Konflik etnis di Dunia, dalam sebuah website
Rizqie, Debby, Konflik Etnis di Bosnia, dalam website http://debbyrizqie109.wordpress.com/2011/04/13/konflik-etnis-di-bosnia/
(Diakses pada Jum’at, 17 Mei 2013)
Zakipedia. Inilah Kasus-Kasus Pelanggaran Ham  Internasional.
(Diakses pada Jum’at, 17 Mei 2013)




[1] David Brown adalah filsuf yang menjelaskan adanya enam perspektif tentang konflik etnis (1988)
[2] Lihat Prof. Dr. H. Muladi, S.H., “Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep, dan Implikasinya dalam Persepktif Hukum dan Masyarakat”,Bandung, 2005, hal. 70
[3] Lihat Chandra Muzaffar, “Hak Asasi Manusia dalam Tata Dunia Baru: Menggugat Dominasi Global Barat”, Bandung, 1995, hal 163
[4] Lihat Prof. Dr.Romli Atmasasmita, S.H., LL.M. “Pengantar Hukum Pidana Internasional”, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal 35
[5] Lihat Chandra Muzaffar, op. Cit., hal 162
[6] Ibid, hal 164
[7] Debby Rizqie, “Konflik etnis di Dunia”
http://debbyrizqie109.wordpress.com/2011/04/13/konflik-etnis-di-bosnia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar