AGRESI SERBIA TERHADAP BOSNIA-HERZEGOVINA
MAKALAH
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Individu
Dalam Mata Kuliah Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Disusun Oleh:
ANI NURAENI
NIM: 12340148 / IH-B
Dosen:
ACH. TAHIR, S.HI., LL.M., M.A.
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “ethnos” berasal dari bahasa
Yunani yang berarti bangsa ataupun orang. Namun seringkali orang mengartikan
kata ethnos sebagai setiap kelompok sosial yang
ditentukan oleh ras, adat istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya serta yang
lainnya. Hal tersebut lebih mendominasikan pada kelompok mayoritas serta
minoritas. Pada dasarnya yang menganut etnik ialah kelompok yang cukup fanatik
terhadap ideologi yang dianutnya dan mereka cenderung tidak mau menerima
ideologi lain yang berbeda dengawn ideologinya. Menurut David Brown[1],
kata ‘konflik etnis’ seringkali digunakan secara fleksibel. Bahkan, dalam
beberapa penggunaannya, kata ini justru digunakan untuk menggambarkan jenis
konflik yang sama sekali tidak mempunya basis etnis.
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah suatu nilai
universal yang diumpamakan sebagai produk hukum nasional di berbagai negara
untuk melindugi dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.[2] Berkaitan dengan pengertian HAM,
begitu banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah nasional,
regional bahkan diwilayah internasional. Salah satu kasus yang bertitik pada
permasalahan etnis, ialah kasus pembantaian massal di Bosnia. Pada kesempatan
kali ini, penulis akan memaparkan perseteruan yang terjadi antara Serbia serta
Bosnia. Dimana perang sipil yang terjadi pada tahun 1992-1995 dipimpin oleh
Radofan Karadzic. Ialah yang bertekad untuk memusnahkan etnis kepada warga non
Serbia. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh impian chauvinisme. Dimana yang
menjadi penghalang bagi orang Serbia ialah kaum Muslim Balkan. Hal tersebut
mengakibatkan di Srebenica terjadi pembunuhan massal terhadap warga muslim
Bosnia. Banyak kaum muslim yang terbunuh oleh tentara Serbia sekitar tahun 1912
serta 1914. Dimana kemarahan warga Serbia memuncak ketika orang yang bernama
Tito dari golongan Turki Utsmani (orang Turki) menguasai Balkan. Ketika itu
orang Turki mampu mengalahkan orang Serbia dalam perang Kosovo tahun 1389. [3]
Namun pada kenyataanya meskipun Turki Utsmani
yang menguasai Balkan saat itu, Turki Utsmani masih mampu memimpin Balkan
dengan tentam. Tidak ada perselisihan antar etnis ataupun agama. Pada saat
Turki Utsmani berkuasa, agama-agama minoritas seperti Khatolik, Yahudi serta
Kristen Ortodok malah semakin memperkokoh persatuan agama serta keberagaman
budaya yang dimiliki oleh mereka. Pada saat itu mereka tidak berfikir untuk
menyerang akan tetapi berusaha hidup berdampingan ditengah mayoritas kaum
Muslim.
Dibalik semua itu ada suatu unsur yang
terkandung didalamnya, pembantaian massal yang dilakukan Serbia terhadap Bosnia
ilah karena unsur balas dendam. Karena Serbia saat itu telah dikalahkan oleh
Turki Utsmani.
Kasus tersebutpun dapat digolongkan kedalam
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat regional. Selain melanggar HAM,
kaus tersebutpun dengan jelas sudah termasuk pada tindak pidana Internasional.
Karena pada saat awal berkembangnya hukum pidana internasional sudah dikenal
tiga jenis tindak pidana, yaitu:
1. Kejahatan perang (War Crimes)
2. Kejahatan pembasmian etnis tertentu (Genocide)
3. Agresi (Agression)[4]
Sempat juga Sekretaris Jenderal PBB yang
bernama Cyrus Vance beserta masyarakat Eropa yang diwakili oleh David Owen ikut
berperan dalam menengahi kasus tersebut.[5] Mereka menegaskan bahwa Bosnia harus
tetap ada namun keberadaanya dapat di bagi menjadi 10 provinsi. Dimana dari
pembagian tersebut dapat di golongkan menjadi dua bagian yaitu religius dan
letak geografis. Karena yang diperangi oleh Serbia itu bersangkutan dengan
ruang lingkup religius masyarakat Bosnia bukan berhubungan dengan daerah
tatanan geografisnya.
B. Rumusan Masalah
Adapan rumusan masalah yang penulis angkat di
sini meliputi:
1. Bagaimana agresi Serbia terhadap kaum muslim di
Bosnia?
2. Apakah usaha – usaha penyelesaian yang telah
dilakukan untuk penyelesaian konflik terhadap
warga muslim di Bosnia tersebut?
C. Tujuan
Dengan mendalami kasus pembantaian massal
Serbia terhadap warga Bosnia, tujuan yang ingin penulis paparkan melalui
makalah ini yaitu:
1. Kita dapat memahami bagaimana kasus
yang terjadi antara Serbia serta Bosnia.
2. Kita dapat mengetahui usaha – usaha penyelesaian yang telah
dilakukan untuk penyelesaian konflik terhadap
warga muslim di Bosnia tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agresi Serbia terhadap Warga Bosnia
Bosnia Herzegovina merupakan sebuah wilayah
perbatasan antara Kebudayaan Barat dan Timur. Bosnia juga merupakan bagian dari
negara federal Yugoslavia. Ketika di Bosnia terjadi pemuncakan pemikiran
nasionalisme penduduk wilayah disana dapat dibedakan menjadi dua golongan.
Dimana orang Bosnia yang menganut Kristen Ortodoks menjadi orang Serbia dan
penganut Katolik menjadi orang Kroasia. Sedangkan kaum Muslim disebut
sebagai orang Turki. Hal tersebut yang memicu adanya sebutan sebagai
“pengkhianat” yang menjual diri pada penjajah Turki.[6]
Setelah Perang Dunia I usai,
Bosnia-Herzegovina. Dimana terjadi pertentangan dua etnis yang paling utama.
Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia
menginginkan federasi yang longgar. Kaum Muslim Bosnia terperangkap diantara
keduanya karena mereka memperebutkan wilayah tersebut. Pertentangan tersebut
kemudian memunculkan terjadinya kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai
Yugoslavia tahun 1941. Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Tito berusaha
untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk
negeri itu menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas.
Tito yang saat itu menjadi seorang
Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia-Herzegovina harus menjadi
sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh
gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut. Selain itu, Tito memutuskan bahwa
kaum Muslim Bosnia diperbolehkan menyebut dirinya sebagai orang Muslimani
(Muslim) sehingga tidak perlu menyebut dirinya sebagai orang Muslim Serbia atau
Muslim Kroasia. Namun setelah
Tito meninggal dunia, Konflik agama beserta etnis yang mengahdang Bosnia pun
kembali muncul.
Konflik etnis yang terjadi di Bosnia tidak lepas dari segi faktor agama serta faktor politik. Ketika itu Bosnia dapat dimerdekakan pada tanggal 15 Oktober 1991, melalui referendum yang diikuti oleh etnis Bosnia
yang mayoritas Muslim, dan Kroasia. Pada saat itu Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan 120 negara lainnya menyetujui keputusan itu,
namun penduduk Serbia tetap menentang keputusan tersebut. Konflik etnis tersebutpun
akhirnya berujung pada konflik bersenjata internasional. Langkah selanjutnya yang dilakukan Serbia
yaitu Serbia membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo, dan kota – kota lainnya.
Korban dari agresi yang beragama islam pun berjumlah 200.000 orang serta
memerkosa puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil bosnia. Agresi bertujuan untuk memusnahkan etnis
Muslim di Bosnia, karena mereka takut Bosnia dapat menjadi satu – satunya
negara Islam di daratan Eropa. Faktor lain pun diduga keras karena kekalahan
serbia ketika terjdinya Perang Salib.
Awal tahun 1993, perseteruan Serbia dan
Bosnia belum reda. Pasukan penjaga perdamaian PBB yang terdiri atas : tentara
Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan operasi pemeliharaan
perdamaian. Presiden Serbia Dragan Cavic mengakui telah membantai sekitar 8000
muslimin Srebrenica pada bulan juli 1995. kasus merupakan suatu
kejahatan, namun rakyat serbia sebaliknya memujinya kasus tersebut sebagai
pahlawan.
Pembantaian bermula pada saat Kaum muslim
datang dari Srebrenica, dimana PBB telah mengumumkan bahwa wilayah tersebut
adalah wilayah aman. setelah jatuh kepada Serbia Bosnia pada 11 Juli 1995.
Awalnya Dewan Keamanan PBB telah berjanji akan mengamankan Srebenica, kemudian
mereka mengutus Belanda dan NATO ke Srebenica. Namun bendera NATO digunakan
untuk mengelabui kaum muslim. Akibatnya sekitar lima belas ribu laki-laki tidak
bersenjata menjadi korbannya, ratusan orang dibunuh oleh pasukan Serbia.
Pembantaian Srebrenica merupakan pembantaian yang terburuk di Eropa sejak
Perang Dunia II.
Perang antara etnis Serbia dengan etnis Kroasia semakin gencar pada awal tahun 1992, hal tersebut
diakibatkan karena tidak ada kejelasan mengenai keadaan yang ada di wilayah Bosnia Herzegovina. Dikarenakan
pada saat itu terjadi perebutan wilayah Bosnia sejak masa kerajaan Austro – Hongaria (Romawi Barat yang Katolik) melawan pengaruh kerajaan Turki
Ottoman (Romawi Timur yang
Ortodoks), hal tersebut beralasan wilayah Bosnia berada dipusat Federasi Yugoslavia. Selain letaknya yang sangat strategis,
Bosnia pun adalah wilayah perindustrian yang terdapat di Yugoslavia. Konflik yang terjadi semakin hebat setelah
terjadi pembunuhan terhadap seorang etnis Serbia yang sedang menikahkan
putranya tanggal 30 Maret 1992 di pusat kota Sarajevo. Hal tersebut pun
diketahui seorang muslim Bosnia. Apalagi ketika masyarakat Eropa dan Amerika
mengakui berdirinya Bosnia – Herzegovina sebagai negara yang berdaulat, hal
tersebut semakin memicu memuncaknya konflik tersebut. Dimana saat itu pemimpin
Bosnia Herzegovina pun terdorong untuk menyatakan bahwa etnis Serbia merupakan
agresor yang membahayakan kelangsungan etnis Bosnia. [7]
Penyelesaian krisis di wilayah Bosnia Herzegovina melalui
perundingan yang tidak berhasil menghentikan krisis Bosnia Herzegovina, dan
telah mendorong konflik bersenjata di lapangan antara pihak Serbia Bosnia
dengan Muslim – Kroat Bosnia semakin meluas demi kepentingan – kepentingan tertentu.
Dalam perang saudara, perang antar etnis dan agama yang terjadi di Bosnia
Herzegovina banyak diwarnai oleh pertempuran – pertempuran antara pasukan
Serbia Bosnia dengan pasukan Muslim – Kroat.
Keadaan politik yang terjadi di Bosnia Herzegovina sangat memengaruhi perkembangan keadaan militer yang ada di sana. Berbagai usaha yang dilakukan guna
menghentikan pertikaian di Bosnia Herzegovina ternyata tidak mampu menghentikan perang antara pasukan Muslim Bosnia serta Kroat Bosnia untuk melawan pasukan Serbia Bosnia.
B. Beberapa usaha – usaha untuk
penyelesaian konflik di Bosnia
Perseturuan hebat antara Serbia dan Bosnia
mampu menjadi sorotan publik dunia internasional.Usaha – usaha yang dilakukan antara
lain:
1. PBB menghimbau agar Serbia menarik
pasukannya dari Bosnia
2. Indonesia mengirimkan pasukan Garuda,
bantuan makanan dan obat – obatan.
3. NATO mengirimkan pasukannya, dan
memaksa Serbia meninggalkan Bosnia, dan memaksa Serbia melakukan perundingan di
Beogard, yang diawasi oleh PBB
4. Dibentuknya Perjanjian Dayton.
Pada tanggal 1 November 1995 diadakannya suatu
perjanjian untuk menghentikan perang Yugoslavia yang sudah berlangsung selama
tiga tahun, terutamanya untuk masa depan Bosnia-Herzegovina. Kemudian
perjanjian disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton,
Ohio.Perjanjian tersebutpun dikenal sebagai Perjanjian Dayton yang diawasi oleh
NATO, Amerika, dan PBB, antara Serbia, Bosnia, dan Kroasia. Salah satu hasil persetujuan dari Perjanjian Dayton ialah mengenai pembagian politik Bosnia-Herzegovina beserta struktur pemerintahannya. Hasil perundingan Dayton adalah:
· Bosnia Herzegovina tetap sebagai
tunggal secara internasional
· Ibukota Sarajevo tetap bersatu di
bawah federasi muslim Bosnia
· Penjahat perang seperti yang telah
ditetapkan mahkamah internasional tidak boleh memegang jabatan.
· Pengungsi berhak kembali ke tempatnya
· Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian
Paris
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembantaian yang dilakukan oleh etnis Serbia
terhadap etnis Bosnia yang mayoritas penduduknya adalah warga muslim sangat
tidak berperikemanusiaan. Hal ini jelas telah melanggar Undang – undang hak
asasi manusia yang selalu saja digembar-gemborkan oleh pihak Barat. Dan
ternyata, pihak Barat malah tidak terlalu bersemangat menyelesaikan konflik
kemanusiaan ini.
Sementara pemebersihan etnis Bosnia adalah benar-benar murni bukan
hanya pembantaian ras tetapi juga pembantaian agama tertentu
Pembantaian Srebrenica merupakan pembantaian yang terburuk di
Eropa sejak Perang Dunia II. Meski kasus ini merupakan kasus pelanggaran berat
kejahatan perang internasional, toh ironisnya, banyak orang Serbia menganggap
kedua pembantai sebagai pahlawan
Puluhan mayat yang ditemukan dalam usaha pencarian 700 mayat umat
Islam yang hilang atas kekejaman Serbia dan dipercayai ditanam hidup-hidup
ditemukan di daerah Srebrenica, Bosnia. Beberapa kuburan yang digunakan untuk
menggali tulang-tulang dari sebuah kubur seluas gelanggang tenis, dipercayai
terdiri dari lebih 7000 mayat lelaki dan anak-anak yang disembelih tentera
Serbia di Srebrenica delapan tahun lalu, yaitu kejadian pembunuhan massal
terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia Kedua.
Kaum Serbia Bosnia menanam semua korban warga
Islam yang dibunuh guna menyembunyikan bukti pembunuhan massal dari pengadilan
perang internasional PBB di The Hague, yang sedang menjalankan dakwaan atas
mereka yang dituduh melakukan pelanggaran ketika perang Balkan 1990. Menurut
beberapa pakar, pekerjaan menggali kubur tersebut mungkin akan memakan waktu
hingga dua bulan untuk mengenali pasti korban dengan analisis DNA. Pada Juli
1995, Srebrenica, yang dilindungi oleh pasukan pengaman Belanda yang hanya
memiliki senjata biasa, dibunuh oleh tentera Serbia Bosnia yang mengasingkan
wanita Islam dari kaum lelaki dan anak-anak. Ribuan dari pada mereka kemudian
dibunuh. Kuburan massal tersebut ditemui di kawasan pergunungan berdekatan
wilayah perbatasan Serbia.
Melalui kasus tersebut kita dapat
menyimpilkan bahwa peran pemerintah serta negara Barat lemah,
sehinggaperseteruan yang terjadi tidak mampu, merekapun tidak mampu menjamin
keamanan individu atau kelompok orang. Seharusnya peran pemerintah serta negara
Barat mampu menanganinya masalah yang terjadi, sebelum masalah tersebut semakin
meresahkan warganya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Atmasasmita, Romli, 2006, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Bandung:Refika Aditama.
Sutrisno , Eddy, 2002, Peristiwa yang Membangun Sejarah Dunia, Jakarta : Taramedia dan Restu Agung.
Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia: Hakekat,
Konsep, dan Implikasinya dalam Persepktif Hukum dan Masyarakat, Bandung:
Refika Aditama.
Muzaffar, Chandra. 1995. Hak Asasi Manusia dalam
Tata Dunia Baru: Menggugat Dominasi Global Barat. Bandung: Mizan.
Tim penyusun, 2003, LKS Sejarah Kelas 3 SMU, Surakarta : Tekad Mandiri.
Tim Penyusun, 2003, Tata Negara untuk Kelas 3 SMU
Tengah Tahun Kedua. Solo : Cempaka Putih.
Sumber website:
Bill, Yenne, Konflik Bosnia- Herzegovina, dalam website
(Diakses pada Jum’at, 17 Mei 2013)
Debby Rizqie, Konflik etnis di
Dunia, dalam sebuah website
http://debbyrizqie109.wordpress.com/2011/04/13/konflik-etnis-di-bosnia/ (Diakses 17 Mei 2013)
Rizqie, Debby, Konflik Etnis di Bosnia, dalam website
http://debbyrizqie109.wordpress.com/2011/04/13/konflik-etnis-di-bosnia/
(Diakses pada Jum’at, 17 Mei 2013)
Zakipedia. Inilah Kasus-Kasus Pelanggaran
Ham Internasional.
(Diakses pada Jum’at, 17 Mei 2013)
[1]
David Brown adalah filsuf yang menjelaskan adanya enam
perspektif tentang konflik etnis (1988)
[2] Lihat Prof. Dr. H. Muladi, S.H., “Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep, dan Implikasinya
dalam Persepktif Hukum dan Masyarakat”,Bandung, 2005, hal. 70
[3] Lihat Chandra Muzaffar, “Hak Asasi Manusia dalam Tata Dunia Baru: Menggugat
Dominasi Global Barat”, Bandung, 1995, hal 163
[4]
Lihat Prof. Dr.Romli Atmasasmita, S.H., LL.M. “Pengantar
Hukum Pidana Internasional”, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal 35
http://debbyrizqie109.wordpress.com/2011/04/13/konflik-etnis-di-bosnia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar